Dalam setiap pilihan hidup apapun itu, seorang mukmin
beristikharah pada Allah. Tetapi shalat istikharah merupakan salah satu
tahapan, sebagai bentuk kepasrahannya kepada apa saja yang terbaik dipilihkan
Allah untuk dunia, agama, dan akhiratnya. Istikharah yang sesungguhnya dimulai
jauh sebelum itu; dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiar, dan kepekaan dalam
menjaga hubungan baik dengan Allah.
Ketika segala sebelumnya dijalani dengan apa yang
diaturNya, maka istikharah adalah saatnya bertanya. Pertama tentang pantaskah
kita dijawab olehNya. Yang kedua, seperti apa jawaban itu. Yang ketiga
beranikah kita untuk menerima jawaban itu dengan apa adanya. Karena itulah
sejujur-jujurnya jawaban. Disitulah letak furqaan,
kepekaan khas orang bertaqwa.
Karena soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi.
Soalnya, bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah tentang
bagaimana Allah memberi. Apakah di ulurkan
lembut dengan cinta, ataukah di lempar ke muka penuh murka. Bisa saja yang
diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Bisa juga yang diberikan pada
kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui. Di
situlah yang kita namakan barakah.
Allahu
a ‘lam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar