Minggu, 18 September 2011

Secuil tulisan untuk Ibu..

Aku bisa merasakan rentakknya hatimu karena harus berjuang seorang diri tanpa ada seorang pendamping disisimu. Berusaha seorang diri untuk membesarkan dan membiayai aku dan ketiga orang adikku. Beliau tak pernah lelah. Guratan tanda ketuaannya sudah mulai terlihat. Tapi sampai sekarang aku belum bisa membahagiakannya, pasca kepulangan aku yang sudah hampir ± 4,5 tahun mencari ilmu di daerah orang. Terkadang ada banyak hal yang belum bisa ibu mengerti tentang kesibukanku “di jalan ini” dan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk memberi pemahaman secara perlahan kepada beliau. Walaupun beliau terlihat keras dari luar. Tapi aku pahami karena itu menutupi kesedihannya akan kehilangang seorang suami, tempat ia berbagi.

Aku tak ingin melihat guratan kesedihan lagi dimatanya. Apalagi semenjak peristiwa “itu”. Aku tau kalau ibu sampai sekarang masih berpikiran mengenai masalah itu. Aku tau akan sedihnya hati beliau akan alasan yang tak bisa diterima secara logika. Alhasil, aku yang jadi “kambing hitamnya”. Tapi aku terima ini semua. Aku bisa memahami perasaan ibu. Apalagi tak ada ayah. Aku harus bisa membesarkan hati ibu. Ini semua merupakan cobaan yang Allah berikan untuk kita. InsyaAllah..aku ikhlas akan peristiwa itu..InsyaAllah..

Aku berusaha untuk menampakkan ketidakpedulianku tentang peristiwa “itu”. Walaupun aku sendiri merasa sedih dan sampai sekarang belum bisa melupakan alasannya. Tapi aku tak ingin ibu tau kalau aku sedih. Cukup hanya kepadaNya aku mengadu akan semua ini. Biarlah Allah yang menilai ini semua. Innallaha ma’ash shabiriin.

“Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”    (QS. Az-zalzalah:8)

 Ibu..tak akan kubiarkan engkau sedih lagi..aku teramat sangat menyayangi. Izinkan aku untuk menghapus segala kesedihan diwajahmu. Tak akan kubiarkan ada orang yang membuatmu sedih lagi. Aku tau..kalau engkau sangat menyayangiku. Tapi memang caramu yang berbeda dengan ibu-ibu lain yang memberi kasih sayang terhadap anaknya. Engkau punya cara yang berbeda untuk memberi kasih sayang terhadap anak-anaknya. Bukan lewat ucapan tapi perbuatanmu. Allah menciptakan manusia dengan berbagai keragamannya.

  Keinginan aku untuk sekolah lagi, aku tau bukan engkau tidak mengizinkan. Tapi rasanya terlalu cepat aku pergi lagi setelah dalam waktu yang lama aku meninggalkanmu. Apalagi saat ini ayah sudah tidak ada. Aku yang harus bisa memahami keadaan ibu. Sebelum Allah mengizinkan aku untuk mencari ilmunya lagi, sekarang yang harus kulakukan adalah birrul walidain. Rasanya apa yang kulakukan selama ini tak akan pernah bisa menggantikan segala pengorbanannya kepadaku. Tak akan pernah bisa terganti oleh apapun.

Ibu..aku mencintaimu karena Allah..
Aku sangat bersyukur telah lahir dari rahimmu
Allah telah memilihmu untuk jadi Ibuku dan
Allah telah memilih aku untuk jadi anakmu..
Ya Allah..terimakasih telah memberikan seorang ibu yang luar biasa..
Ibu..an Uhibbuhu lillah..








Allahu a ‘lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar