Aku bisa merasakan
rentakknya hatimu karena harus berjuang seorang diri tanpa ada seorang
pendamping disisimu. Berusaha seorang diri untuk membesarkan dan membiayai aku
dan ketiga orang adikku. Beliau tak pernah lelah. Guratan tanda ketuaannya
sudah mulai terlihat. Tapi sampai sekarang aku belum bisa membahagiakannya,
pasca kepulangan aku yang sudah hampir ± 4,5 tahun mencari ilmu di daerah
orang. Terkadang ada banyak hal yang belum bisa ibu mengerti tentang
kesibukanku “di jalan ini” dan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk memberi
pemahaman secara perlahan kepada beliau. Walaupun beliau terlihat keras dari
luar. Tapi aku pahami karena itu menutupi kesedihannya akan kehilangang seorang
suami, tempat ia berbagi.
Aku
tak ingin melihat guratan kesedihan lagi dimatanya. Apalagi semenjak peristiwa
“itu”. Aku tau kalau ibu sampai sekarang masih berpikiran mengenai masalah itu.
Aku tau akan sedihnya hati beliau akan alasan yang tak bisa diterima secara
logika. Alhasil, aku yang jadi “kambing hitamnya”. Tapi aku terima ini semua. Aku
bisa memahami perasaan ibu. Apalagi tak ada ayah. Aku harus bisa membesarkan
hati ibu. Ini semua merupakan cobaan yang Allah berikan untuk kita. InsyaAllah..aku
ikhlas akan peristiwa itu..InsyaAllah..
Aku
berusaha untuk menampakkan ketidakpedulianku tentang peristiwa “itu”. Walaupun
aku sendiri merasa sedih dan sampai sekarang belum bisa melupakan alasannya.
Tapi aku tak ingin ibu tau kalau aku sedih. Cukup hanya kepadaNya aku mengadu
akan semua ini. Biarlah Allah yang menilai ini semua. Innallaha ma’ash shabiriin.
“Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Az-zalzalah:8)
Ibu..tak
akan kubiarkan engkau sedih lagi..aku teramat sangat menyayangi. Izinkan aku
untuk menghapus segala kesedihan diwajahmu. Tak akan kubiarkan ada orang yang
membuatmu sedih lagi. Aku tau..kalau engkau sangat menyayangiku. Tapi memang
caramu yang berbeda dengan ibu-ibu lain yang memberi kasih sayang terhadap
anaknya. Engkau punya cara yang berbeda untuk memberi kasih sayang terhadap
anak-anaknya. Bukan lewat ucapan tapi perbuatanmu. Allah menciptakan manusia
dengan berbagai keragamannya.
Keinginan
aku untuk sekolah lagi, aku tau bukan engkau tidak mengizinkan. Tapi rasanya terlalu
cepat aku pergi lagi setelah dalam waktu yang lama aku meninggalkanmu. Apalagi
saat ini ayah sudah tidak ada. Aku yang harus bisa memahami keadaan ibu. Sebelum
Allah mengizinkan aku untuk mencari ilmunya lagi, sekarang yang harus kulakukan
adalah birrul walidain. Rasanya apa
yang kulakukan selama ini tak akan pernah bisa menggantikan segala
pengorbanannya kepadaku. Tak akan pernah
bisa terganti oleh apapun.
Ibu..aku mencintaimu karena Allah..
Aku sangat bersyukur telah lahir dari rahimmu
Allah telah memilihmu untuk jadi Ibuku dan
Allah telah memilih aku untuk jadi anakmu..
Ya Allah..terimakasih
telah memberikan seorang ibu yang luar biasa..
Ibu..an Uhibbuhu lillah..
Allahu a ‘lam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar